(Refleksi PT. Arun LNG)
Oleh Abdul Razak M.H. Pulo
Enam api berkobar
menyala
berani menantang lengkung langit
menyeruak
menyusupi sudut-sudut kegelapan
hantu-hantu singkap jubah
jin-jin geliat gerah tersiksa
bak dikepung alunan ayat-ayat suci
Enam api gelora memuncak
jantung-jantung bergemuruh
senang campur bahagia
gelak tawa penguasa
jerit derita jelata
Asap api hitam keemasan
berlatar langit jingga
berdansa ikuti irama angin pantai
berarak ke ibukota
Api tinggal empat
sekarat cerahkan langit
Api tinggal dua
lara pasti menghimpit
mencekik tangis yang merah bagai bara
Api layu pilu
lamat-lamat pudar menuju jingga
ungu
abu-abu
hitam
seram bagai sarang hantu
Lhoksemawe, 18 Mei 2004
Puisi ini dibuat Harian Serambi Indonesia, Oktober 2004
Rabu, 16 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
wah, puisinya bagus banget..
he he, gak nyangka seorang dokter bisa nyastra juga..
saya pengen juga belajar ilmu kedokteran..^^
Posting Komentar